Senin, 29 Oktober 2018

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bukankah minat dan bakat setiap orang berbeda? Kesempatan dan niat tak selalu sama?

Tapi begini.

Tak ada yang akan memulai kuda menarik gerobak jika Sang Kusir tak mememberi aba-aba. Tak tahu pula ke mana ia melangkah jika tuan pengemudi enggan memberi arah.

Jalan sih, tapi semaunya. Sesuka kuda.

Di sinilah agaknya peran komunitas itu kemudian alih fungsi. Tak sekedar berbincang. Tapi juga menantang. Silakan pergi jika tak sesuai kehendak. Selamat menenetap jika sekiranya menghebat.

Tak semua bahagia. Jelas. Karena toh kadang saya melakukannya terpaksa. Ya dengan tugas menulis setiap hari tanpa pasti materi. Katanya, asal tulis saja. Untuk menjaga konsistensi.

Padahal, menulis tak tak semudah daun melepaskan diri. Ide yang berlompatan dan mood tak tahu diri.


Tapi baiklah. Izinkan saya mengbungkukkan badan. Menyambut akhir yang senyata persaudaraan. Pada penanggungjawab kelompok dan senior yang tak pernah kehabisan stok semangat.

Akan ada jalan yang kita lalui. Entah bersama. Entah sendiri-sendiri. Yang pasti. Menulis adalah tentang menciptakan cinta dan asa. Mengenang lara membungkus rasa.

One day one post. Untuk yang selalu dikenang. Tak pernah lekang.

*Jepang,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...