Selasa, 14 Februari 2017

HARAM, HARAM, HARAAMM!!!


#Violet4



Uhh… di negara gurun pasir ini, entah kenapa semua bisa jadi haram. Bukan tentang rambut tergerai saat keluar rumah, tetapi juga satu biji nasi tertinggal di piring, teman-teman spontan teriak, “HARAAM!!” jadi jangan salahkan saya jika pipi sulit dikendalikan. Ini dalam rangka 'tidak menyia-nyiakan makanan.'

Pernah juga saat itu menyimpan minyak zaitun di kamar mandi. Minyak itu sudah saya campur dengan minyak kelapa meski tampilannya tetap hijau muda bening. Dokter yang tahu langsung memarahi saya tanpa ampun. “Haram meletakkan makanan di kamar mandi!”

“Minyak zaitun di sini itu sangat dihormati, Vii. Obat mujarab turunan nabi. Pantas orang Arab marah sekali,” tegur teman saat itu. Padahal, itu minyak untuk pijat kaki dan usapan di kepala setelah keramas. Haram juga? dia tertawa.

Soal haram mengharamkan sebenarnya lebih prinsipil dan budaya mendarah daging masyarakat Arab. Ups! Tunggu. Saya dilarang menyebut budaya di ranah ini. Atau tulisan ini bisa dicekal dan dilenyapkan lagi seperti tulisan-tulisan saya yang lalu.

Baiklah, kita main aman saja sekarang. Tidak untuk merendahkan satu negara atau meninggikan negara lainnya. Sebagai penduduk bumi yang cinta kedamaian, saya tak ingin menyalakan api. Cukup Israel saja yang sedang membara.

Arab Saudi, semakin hari semakin menjadi perbincangan hangat di kalangan muslim atau non muslim itu sendiri. Ketatnya peraturan yang ada membuat pihak-pihak yang ingin mencari tahu justru mendapat dampak yang, saya rasa cukup sebagai pembelajaran. Peliputan VOA tentang wanita Saudi yang belajar di US sempat booming di bawah tanah. Pasalnya, mereka mengadu, betapa tidak adilnya peraturan di negeri ini. Dari wanita yang harus dibuntuti bodyguard saat keluar rumah. Hingga pelarangan menyetir.

Untuk yang bodyguard ini saya 1000 kali setuju. Bagaimana rasanya jika kemana pun kita pergi ada laki-laki tinggi hitam besar yang berdiri di belakang? Bahkan hari ini saja saya seperti anak presiden yang dijaga paspampres. Saat di toko buku, dia benar-benar mengikuti saya berkeliling rak. Bahkan ribut sekali bertanya tentang buku apa yang saya suka dan tidak. Hey, saya sedang khusyuk memilih. Jadi berhenti bertanya dan mengekor!

Sayangnya, VOA mendapat pertentangan dari pihak kerajaan. Beberapa hari situsnya di banned. Tapi mereka tak mau kalah, semakin meliput dan menyebarkan informasi bahwa ada jutaan wanita Saudi yang merasa tidak nyaman atas perlindungan yang berlebihan itu. “Haram, wanita keluyuran sendirian!”

Menarik! Saya jadi tahu juga jika koran harus dimusnahkan dengan cara di sobek-sobek menjadi butiran kecil dulu, baru masuk tong sampah dan dibakar. Ini karena di dalamnya berisi nama indah Allah yang harus diperlakukan secara spesial. Tidak hanya koran, tetapi juga selebaran iklan, undangan pernikahan bahkan buku pelajaran.

Hal itu juga yang mendasari peraturan untuk tidak menggunakan koran sebagai bungkus makanan selain adanya zat berbahaya yang terkandung di dalam tinta. Jadi, para produsen makanan membuat bungkus sendiri dengan tulisan arab sesuai produk mereka.

Sampai di sini, tarik napas dulu. Jangan langsung naik pitam jika menemukan kertas bungkus makanan berbahasa arab. Hey! Pernah kejadian toh, di negeri tercinta, Agnes Monica menggunakan baju berbahasa arab. Langsung mendapat hujatan dan celaan. Padahal tulisan 'muttahidah' disitu artinya ‘PERSATUAN’. Nah, apa melanggar hukum agama?

Masa kebab di Arab mau dihujat juga gara-gara dibalut dengan kertas bertuliskan Bahasa Arab? Lha namanya juga Negara Arab, apa iya menggunakan Bahasa Jepang? Jadi, tolong telusuri dulu sebelum ikut-ikut mengkritik ya. Mengikuti arus silakan, tapi jangan hanyut sampai tidak tahu arus mana yang salah mana yang benar. Bersikap reaktif hingga kebablasan dan tenggelam.

Terkadang, kita terlalu berpendirian dan menjadi idealis mana kala berada di posisi semua orang sama dengan kita. Pernah ada satu kisah, seorang sufi singgah di desa pedalaman. Tak ada satu pun dari penduduk itu yang memiliki daun telinga dan aneh sekali jika melihat ada daun telinga di kepala sufi. Beberapa mengasihani, tak jarang yang menyebutnya cacat, tidak normal bahkan memanggil 'manusia terkutuk'.



Sufi tersebut hanya diam. Tidak komentar, dan berkata, “kalian beruntung sekali, bisa dengan mudah memakai topi tanpa menyangkut di daun telinga." Padahal sufi itu tahu, mana yang normal, mana yang tidak. Bukankah HARAM jika kita mencela orang hanya karena ketidaktahuannya?

Saya berharap, tulisan ini tidak diharamkan hanya karena berbeda dari orang-orang kebanyakan. Pemahaman bukan datang dari ahli sufi atau profesor berpangkat tinggi, tapi dari kita yang mau membuka hati untuk menilai lebih dalam lagi. Ada pelajaran tertinggal meski tak sesuai hati.

Jangan-jangan balon lucu nan menggemaskan ini juga haram karena tulisan Arab tidak pada tempatnya. Iya, haram. Haram untuk dipecahkan. Begitu?

*Violeta
Jeddah, Arab Saudi, 12 Desember 2016. 3.43 pm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...