Selasa, 14 Februari 2017

Hidup ini, Tak Perlu Jadi Juara!



#Violet11
Prestasi? Boro-boro berprestasi, dapat mendali. Saya justru nakal sekali. Benar-benar nakal! Kalian pasti tidak akan menyangka jika saya benar-benar nakal.
Kenakalan saya memang sudah mendarahdaging sejak kecil. Mama tanya dengan galaknya, "kenapa kamu pukul Dito sampai berdarah?"
"Dia narik-narik rok temenku mah. Ria nangis ketakutan. Jadi aku jotos mukanya. Biar kapok!"
Bukannya marah, mama justru tertawa. Begitu cerita mama ketika TK. Saya sendiri lupa bagaimana kejadian yang menghebohkan sekolah itu.
Saya suka usil bermain di kantor guru. Tiba-tiba tiduran di sofa atau mengacak-acak kotak obat. Hingga guru mengelus dada dan mengirim saya mengikuti pelatihan dokter kecil saat SD. Jadilah dokter kecil yang setiap upacara siap siaga di belakang barisan. Sok gaya mengurus teman pingsan. Padahal saya juga tukang pingsan.
Saya juga sering bertanya banyak hal pada guru hingga membuat mereka jengah. Dari pertanyaan sepele, "kenapa harus ada hujan?", Hingga, "kenapa aku sering kebelet pipis waktu hujan?"
Pertanyaan aneh untuk seukuran SD kelas 3. Tapi guru tak dapat menjawab. Karna jawaban itu ada di pelajaran Biologi mengenai mekanisme tubuh terhadap temperatur ruang di kelas 2 SMP.
Bisa jadi, karna pertanyaan nakal itu, saat kelas 5 SD, sekolah mengirim saya mengikuti lomba IPA antar Sekolah Dasar tingkat kota. Tapi kalah! Ditertawakan teman-teman.
Saat SMP, tak kalah nakal. Sering menyembunyikan novel teenlit di tas sekolah. Saya bisa membaca kapan saja. Saat jam istirahat, pelajaran dan pulang sekolah. Duduk di koridor kelas, berjam-jam, lupa pulang.
Karna hobi membaca inilah terkena 'penyakit'. Tahan duduk atau berdiri berjam-jam jika sudah tenggelam dalam buku. Saat di rumah, bisa meringkuk lebih dari 6 jam nonstop. Tanpa bergerak sedikit pun. Bahkan saat mama memanggil dalam jarak kurang dari 1 meter. Saya tak dapat mendengar. Seperti anak autis yang hilang dari dunia nyata.
Bukan sekali dua kali. Tapi berkali-kali. Hingga lupa makan, lupa mandi bahkan bisa semalam suntuk, lupa tidur. Hingga mama geram, dan menyita buku-buku saya. Dilarang membaca satu minggu.
Tapi setelahnya, saya justru semakin tergila-gila dengan dunia kepenulisan. Hingga telah menulis beberapa cerita pendek yang biasa upload di Blog, Facebook dan Wattpad.
Saya juga pernah bolos les bahasa inggris. Pergi ke Gor Tri Lomba Juang Semarang bersama teman-teman, menonton program 'Ceriwis' yang saat itu road show ke kota-kota.vSayangnya satpam sekolah melaporkan kenakalan saya ke papa.
Habis sudah, saya didiamkan papa sepanjang perjalanan pulang. Takut sekali. Tapi sampai di rumah, mama justru berkata, "lain kali kalau mau main bilang ya, jadi ga bikin khawatir papa. Indra Bekti ganteng ga?" Ekhh!!
Dan di tahun yang sama pula. Papa memarahi wali kelas saat penerimaan raport. "Bapak coba cek lagi. Anak saya ga pernah belajar di rumah. Sering main. Nakal sekali. Tidak mungkin dapat peringkat 3! Bapak pasti salah!"
Saat SMA kenakalan semakin menjadi. Saya mengikuti bimbingan belajar. Jika teman-teman mengikuti sesuai program, sesuai peraturan. Seminggu 3 atau 4 kali pertemuan dengan durasi satu setengah jam per pelajaran. Saya tidak.
Saya mengikuti beberapa kelas. Setelah selesai kelas saya, kelas A, pelajaran matematika, akan masuk ke kelas B pelajaran akuntansi, padahal saya IPA. Setelahnya akan menyelundup menjadi anggota kelas C pelajaran Bahasa Inggris. Jika beruntung akan masuk kembali ke kelas D pelajaran geografi.
Tentu saja duduk paling belakang, dekat pintu atau mepet tembok agar tak menyorot perhatian. Masuk setiap hari, dari pagi hingga malam, meski tidak ada jadwal kelas saya. Tentu saja, menjadi 'penyelundup'.
Kenapa? Karna saya suka. Saya suka berdiskusi. Terkadang guru yang sama akan memberikan materi berbeda. Berdiskusi hal berbeda di setiap kelas berbeda mengikuti keaktifan siswa.
Mungkin, karna itu pula, saya lolos test SNMPTN di Diponegoro University dan jalur umum di Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang dalam waktu bersamaan. Padaha tertidur saat mengerjakan soal-soal uji tulis. Ruangan yang dingin dan sunyi berhasil membuat saya mengantuk hebat. Benar-benar nakal!
Kenakalan ini tak berhenti disitu.
Saat kuliah, semakin nakal. Saya sering terlambat masuk kelas. Tiba-tiba datang menenteng tumpukan map. Tapi tak ada dosen yang marah. Karna selalu mengatakan, "maaf Bu, terlambat, baru saja dari kantor Direktur. Membahas kegiatan mahasiswa terbaru."
Sebagai anak perempuan, saya justru jarang di rumah. Ada saja kegiatan. Entah di kampus atau ke luar kota.
Dari kegiatan BEM (badan eksekutif tertinggi di kampus), Forkompi (Forum Komunikasi Mahasiswa Poltekkes se-Indonesia), FKMPI (Forum Komunikasi Mahasiswa Politeknik Indonesia), sesekali rapat ILMIKI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia), menjadi salah satu mentor di NEC (Nursing English Club), atau mengurus UKM Paduan Suara Gita Bakti Husada yang saya pimpin. Membuat 'kelayapan' setiap hari.
Berangkat pagi, pulang dini hari. Meski seringnya tidak pulang. Menyusup ke asrama adik kelas. Atau tidur di koridor kampus. Sampai penjaga bilang, "kuncinya dibawa mbak Vio saja, sekalian jagain kampus." Astaga!
Saya juga pernah diusir oleh Kaprodi (Kepala Program Studi). "Mbak Vio ada apa setiap hari di kampus?"
"Mengurus PPS (OSPEK), Pak."
"Inikan liburan, pulang sana, nonton tv di rumah."
"Nanti juga saya pulang, Pak."
"Pas jam kuliah sering ijin, dikasih libur malah di kampus. Bawa tasnya, pulang sekarang!"
"Tapi ini demi nasib 1500 mahasiswa baru, Pak. Ospek serentak di 5 kota (Semarang, Blora, Magelang, Purwokerto dan Pekalongan)"
"Saya bilang pulang, PULANG!! Awas kalau saya lihat mbak di kampus lagi waktu liburan!"
"I-iya, Pak."
Apakah pulang? Tentu tidak. Saya bersembunyi di masjid. Karna pegang prinsip, pantang mundur sebelum dapat tanda tangan ACC Direktur! Heran juga, saya sebegitu kekeuhnya, padahal Presiden BEM, juga bukan! Nakalnya naudzubillah!
Saat teman-teman fokus ke tugas akhir KTI. Saya justru sok-sokan mengikuti kontes pemilihan Denok dan Kenang (Putra Putri Semarang). Latihan berlenggak-lenggok di catwalk saban sore di tempat kursus model. Revisian menumpuk? Lupakan! Nakalnya ampun-ampunan! Padahal, menang juga kagak!
Setelah lulus, dengan nilai cumlaude tapi tak mendapat penghargaan apapun, bukannya mendaftar jadi PNS, seperti teman-teman kebanyakan, saya justru berkeinginan keluar negeri. Menembus batas kewajaran. Berawal dari bekerja di RS International, membuka langkah untuk benar-benar go international. Maka, disinilah saya sekarang, di luar negeri. Nakal bukan main!
Yang saya ingin bagi adalah, lakukanlah apapun yang ingin kalian lakukan. Ikutilah kegiatan apapun yang kalian suka. Belajarlah dari mana saja. Berhenti menghabiskan waktu memilih-milih mana yang baik mana yang salah.
Lakukan saja. Jika salah, perbaiki sambil jalan. Sungguh, tak pernah ada yang sia-sia meski itu sebuah kegagalan. Pelari yang handal melatih kaki-kakinya untuk terus berlari meski jatuh, terpeleset, terluka hingga patah sekalipun (lihatlah video pelari berkaki besi).
Saya memang nakal, sangat nakal. Tidak pernah mendapat mendali apapun atas apa yang saya lakukan. Tapi saya telah berusaha bertanding dengan kenakalan tersebut. Hingga nakal tidak menyeret saya ke sesuatu yang merugikan. Tapi justru kenakalan, kekalahan, keterpurukan, cemoohan membawa saya melangkah melesat jauh. Jauh merobek kelemahan-kelemahan saya.
Seperti kata Pak Syaifoel Hardy II di bukunya Diaspora Nursing Indonesia,
"Hidup ini, tak perlu jadi juara! Yang penting, kita hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Biarlah orang lain lebih pintar atau lebih kaya, lebih tampan, lebih cantik, lebih terampil, lebih cekatan dan sejuta kelebihan lainnya. Biarkan mereka menjadi juara dan muncul di surat kabar serta layar kaca. Jangan sakit hati!
Jangan tonton prestasi mereka! Tontonlah prestasi anda sendiri! Jadilah juara bagi diri sendiri yang mengalahkan pertandingan-pertandingan anda sendiri pada hari-hari lalu. Saksikanlah, anda bakal memenangkan pertandingan-pertandingan di hari esok. Tidak dengan siapa-siapa. Namun bertanding dengan diri sendiri. Itulah prestasi!"
Saya memang nakal. Tapi saya bahagia. Karna telah berhasil melawan kelemahan diri sendiri. Hingga mengubah ambisi menjadi tak sekadar mimpi. Membayar kekalahan dengan sejuta cerita pengalaman, yang dapat saya bagi pada anak cucu nanti.
Salam sayang,
Dari si anak nakal.
Riyadh, Arab Saudi, 19 Januari 2016, 01.31 KSA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...