Selasa, 14 Februari 2017

Suka Duka Perawat Indonesia di Arab Saudi (Bagian 1)

#Violet8

Tulisan kali ini, cuma ingin share tentang pengalaman (ceileh..) aku di negeri aladin, eh gurun pasir.
Okeh, ini kali pertama aku keluar negeri. So, pikiran tentang luar negeri yang kejam dan tidak seramah bumi pertiwi itu benar-benar menghantui pikiran. Serem yak. Apalagi berita tentang penculikan, penganiayaan dan begitulah-begitulah mewarnai teve.
Bahkan sebelum visa turun, mama sudah nangis-nangis di telpon, "Nanti kalau kamu diperkosa trus dibunuh disana gimana?!!" Kejang-kejang aku di ujung telpon. Berangkat juga belom mamaa!! Tapi, Alhamdulillah, sampai detik ini aku sehat selamat, hanya kurang pelukan yang tersayang, eaaa, orang tua maksudnya. Tuh kan pikirannyaa..
Dan setelah proses yang mengular panjang bukan kepalang, bolak balik Bandung-Jakarta, Semarang-Jakarta, yang sudah tak terhitung jumlahnya karna ngurus ini dan itu. Test begini dan begitu. Interview malah debat BLS (Basic Life Support) dalam bahasa inggris. Sampai nyasar keliling kota metropolitan berlanjut jalan 5 kilo dari BTC sampai kost di Bandung sendirian tengah malam, ketemu bapak-bapak yang bilangnya ojek, tapi ngebuntutin sepanjang jalan. Ga mau naik taxi karna paranoid diculik (masih ngeri kalau inget moment itu, aku nangis sepanjang jalan sangking ketakutannya), akhirnya semua terlewati. Sampailah di hari keberangkatan. Legaa...
Di pesawat Etihad Airlines yang wow itu, aku keki dengan pramugarinya, cantiknya masyaallah. Hidung mancung, mata bulat plus jilbab. Ramah pula. Tapi sayang eh sayang. Waktu nawarin minuman..
"What do you want, miss?"
"Water, please."
"Original?" Disini, aku mulai bingung, emang ada air palsu? jadi aku cuma jawab, "Yes",
Ehh, ternyata dia ngasih air soda, sejenis sprite. Duh ehh, terlanjur diminum, bukannya ngilangin haus karna ga minum sejak di waiting room Soekarno Hatta Airport, (semua air minum di sita, di buang, atau di paksa diminum habis di pos pemeriksaan, aku pilih minum habis, karna emang tinggal sedikit, haha) air soda itu justru buat mual dan pusing sepanjang 9 jam penerbangan. Kampungan sekale kau vio..
Kami bersembilan. 4 perempuan. 5 laki-laki. Transit di Abu Dhabi Airport jam 11 malam. Bbeeuuhh.. ngebayangin kerennya negeri minyak, pasti okeh banget kalo jalan-jalan. Tapi ternyata kita cuma numpang kelaperan 5 jam di waiting room nunggu penerbangan ke Jeddah. Apess!! Ga ada jatah makan sekripik pun. Mau beli, harganya boo gila bengeut! Mana original water masih bikin mules pula! "Perut, yang sabar yaa. Kepedihan ini akan segera berakhir.." #plak!
Dan Alhamdulillah sampailah di King Abdulaziz International Airport, Jeddah tercinta. Turun dari pesawat, petugas imigrasi manggil, "Hei India!!" Aku diem aja.
"Hei You! INDIA!" Laki-laki berotot itu tiba-tiba teriak kencang. Aku masih berdiri santai dengan teman-teman.
Tiba-tiba dia nyamperin lalu ngedamprat. Nada tinggi dan penekanan disana-sini, "INDIA!! YOU DIDN'T LISTEN TO ME!! WHAT ARE YOU DOING HERE?!!!" Aku cuma melongo. Bener-bener melongo! GUE? India?!
"NO! I'm Indonesia. Not India." Buru-buru klarifikasi. Deg-degan sumpah. Baru kali itu dibentak orang asing. Di negeri orang pula!
"Where's your passport?" Nadanya mulai turun. Aku nunjukin passport, dia baca sekilas, lalu pergi. Tanpa minta maaf atau kata-kata manis. GRRR!! Mungkin malu karna salah orang.
Karna di landasan pesawat itu, kita dikumpulkan sesuai negara. Kebetulan kami berbarengan dengan kelompok haji entah dari negara mana, kulit hitam tinggi besar. Ada pula dari Philippines, India dan tentu kami dari Indonesia. Mungkin ia pikir, kenapa aku orang india justru berkumpul dengan kelompok dari Indonesia.
Ohh astaga, peliss.. don't judge something from the cover! Lagian dari sudut mana wajah saya nampak India? Emang kelihatan sebelas-duabelas sama Kareena Kapoor gitu? (Ngarepp!)
Akhirnya kami masuk airport. Setelah pemeriksaan dan cek berkas, mereka meminta kami menunggu. Asal tahu, pintu untuk laki-laki dan perempuan dipisah. Jadi sejak dari landasan pesawat, kami berpisah dengan pandawa, eh kelima lelaki yang kece baik banget itu (hingga sekarang aku tidak pernah bertemu mereka lagi).
Nah, disini, ketiga temanku segera di panggil dan masuk ke ruang, yang entahlah itu apa nama ruangnya, sedangkan aku, terdampar di pelataran Airport, nunggu panggilan yang Oh My God! Lama aku sendirian disitu. Ga sendirian juga, ada belasan pinoy (sebutan perempuan dari Philippines). Tapi please, tidak ada diantara mereka yang bisa bahasa Inggris. Lengkap sudah!
Bolak balik ke petugas imigrasi, kenapa aku di pisah dengan teman-teman?, mereka bilang, tunggu klarifikasi berkas.
Okeh, aku tunggu lagi, ga sabar, aku tanya lagi, "What is the problem?", mereka kekeuh bilang, "No problem miss. Calm down and sit down." Itu perintah dan paksaan! Akhirnya aku duduk.
Dan taraaa.... 2 jam setelahnya saya dipertemukan dengan teman-teman. Senangnyaaa.. aku sampai peluk mereka satu-satu. Tidak terbayang jika benar-benar terlantar sendirian di negeri orang. Oh nooo!!
Ruangannya nyaman untuk istirahat. Ada kursi-kursi berjajar yang siap jadi tempat tidur darurat. 13 jam penerbangan benar-benar menguras tenaga. Eaa.. Padahal cuma duduk di pesawat. Haha. Kami satu ruangan dengan orang-orang dari Afrika. Hitam tinggi besar tapi cantik eksotis. Sayang, ga bisa bahasa inggris. Jadi kami memilih lempar senyum just for say hay..
Jam 12 siang, penjemput datang. Arab tulen. Dan sekali lagi tidak bisa bahasa Inggris. Aku tak bisa bahasa arab. Untungnya salah seorang dari kami jago bahasa arab karna sebelumnya kerja di Yaman. Oh iya, tiga orang temanku sudah pernah keluar negeri. Bolak balik malah. Ada yang 6 tahun di Oman. Satu lagi, 7 tahun di Dubai. Dan saya, baru pertama kali. How poor you are, Vio!!
Kami diantar ketempat pengendapan koper. Pengendapan? Yes! Disana ribuan koper mengendap entah berapa tahun. Hingga rusak dan berdebu. Aku dengan cepat menemukan koper ungu yang memang berbeda dengan yang lain. Ungu broo. Kedua teman juga. Tapi sayang, satu temanku tidak. Koper mungilnya lenyap. Kami membongkar tumpukan koper. Mencari diantara koper-koper segede gambreng. Ada pula kereta dorong bayi yang menggunung. Tanya ke petugas penjaga, tapi jawabannya sungguh diluar dugaan.
"That's your problem. Looking for around. If you can't find it, maybe someone already take it." What? Seseorang membawanya? How come? Di koper itu kan ada nomer yang tertera sama dengan passing board! Apa tidak di cek? Aku sudah terlanjur panas.
"Where's your responsibility, sir?" Dia bungkam, buang muka malah. Iyuuhh.. Ini petugas kedua yang buat aku geregetan setelah insiden india.
Kalau di negeri tercintah, urusan beginian bisa diusut jelas. Dulu, temanku pulang dari Semarang ke NTT mengalami hal serupa. Kopernya hilang. Diurus saat itu juga oleh petugas bandara. Ternyata, kopernya nyasar hingga ke Kalimantan. Salah bagasi. Pihak maskapai meminta maaf dan berjanji mengirim ke NTT segera. Gratis pula. Begitu kan enak. Nah ini? Boro-boro minta maaf. Huhh.. istigfar Vio istigfaarrr..
Akhirnya kami menyerah. Satu jam berkutat di tempat itu tak membuahkan hasil. Mission failed! (Stempel versi GTA). Koper tidak ditemukan. Yang empunya koper juga ikhlas, katanya. Padahal semua barang dan uangnya ada disana. Dia hanya punya baju yang melekat di badan dan hp yang disakuin.
Tips saja, buat teman-teman yang ingin bepergian. Pisahkanlah barang-barang kalian. Barang penting seperti uang, dokumen, obat dan boneka (ini penting buat saya, haha) berada di satu tas dan bawalah ke kabin. Sisanya seperti baju dan perlengkapan lain bisa di dalam koper dan serahkan ke bagasi. Ini saya lakukan, dan Alhamdulillah, selamat. Tips ini juga ada di buku 'Jilbab Traveller'nya Asma Nadia. Ga lucu kalau mau traveling tapi tas satu-satunya hilang. Apes tingkat dewa!!
*foto dengan Almarhum Shama, dosen perawat RN dari India

**Violeta
Riyadh, Saudi Arabia, 28 Januari 2016, 01.29 waktu KSA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...