Selasa, 14 Februari 2017

Perbedaan Seragam Perawat Indonesia dan Arab Saudi

#Violet7
Alhamdulillah, sudah stay tune di ICU Security Forces Hospital, Riyadh. Sudah ready pakai yellow gown yang kalo gerak bunyi kresek kresekk dan akan saya pakai selama 12 jam hingga besok pagi. Tak apalah. Toh buat proteksi diri.
Hari ini malam keempat saya berjaga. Tentu banyak sekali yang dapat diperhatikan. Apalagi soal mendasar. Prinsipil. That's right! penampilan.
Banyak yang bertanya bagaimana penampilan perawat di Arab Saudi. Jadi tulisan kali ini akan mengupas tuntas tentang seragam perawat di sini. Jadi saya mohon maaf jika tulisan ini panjang mengular tangga.
Agar mudah, saya akan ceritakan dari atas ke bawah dengan poin-poin penting yang berbeda dengan Indonesia.
1. Harnet
Benda menyebalkan ini saya pakai 3 tahun selama kuliah keperawatan. Dulu saya belum berhijab. Dan rasanya itu kaya pake konde! Serius!
Rambut saya yang panjang tebal harus digulung dan sebisa mungkin masuk keranjang harnet (sejenis pita rambut berkeranjang). Jadi bentuknya menggantung kaya odong-odong di atas kepala.
Saat saya menoleh ke kanan, itu odong-odong ikut goyang sambalado. Kiri kanan kiri kanan. Bahkan banyak teman yang sering menggoyangkan dengan sengaja odong-odong itu. Di pencet-pencet lah. Di tusuk-tusuk pake polpen. Bahkan ada yang nyelipin penghapus pensil di gulungan rambut saya yang bentuknya bulet besar itu. (Jangan bilang kalo kalian pernah ngelakuin itu? Graawwrr!) Sumpah! Geli banget!
And you know what? Tak ada harnet di arab saudi.. perawat di sini hanya menguncir kuda rambutnya. Meski panjang hingga pantat. Oh yeah, meski negara islam, tapi banyak pula yang tak menggunakan kerudung, terlebih yang beragama selain islam.
Di sini bebas, asal rapi. Hanya saat akan melakukan tindakan, misal ambil darah atau menginfus, mereka akan menggunakan apron, head cover, gloves dan masker. Yes, just head cover. Setelah selesai ya di lepas lagi. Itu rambut dibiarkan menggantung panjang begitu.
2. Cap kepala (read; kap)
Kalian pasti aware banget sama yang satu ini. Of course, saat bekerja dan praktik di RS, perawat wanita wajib pakai cap kepala. Entah fungsinya apa.
"Agar rambut tak jatuh ke pasien saat tindakan." Katanya.
Lah! Cap seupil begitu ga nutup semua rambut kalii!!
Lagian kalau yang berjilbab pakai cap juga, itu khawatir jilbabnya jatuh ke pasien?
Head cover tuh yang harusnya dipakai.
"Biar bisa nyembunyiin poni di dalem cap."
Kalau yang ga ada poni mau nyembunyiin apa? Kepingan hati yang hancur karna gagal move on?
"Ikutan Florence Nightingale. Dulu dia pake cap."
Ya ampuuunn.. Florence itu perawat pertama dari Inggris yang terjun ke medan Perang Krimea tahun 1854 untuk mengobati prajurit. Nah dia dan perawat lain pake cap bersimbol untuk menunjukkan bahwa dia tenaga medis. Bukan sasaran tembak.
Yang jelas, alasan itu tidak relevan lagi. Tapi Indonesia masih saja bertahan. "Simbol perawat" katanya. Tapi saya belum melihat perawat memakai cap di Arab Saudi. Jadi, apakah mereka bukan perawat?
3. Cadar
Perempuan di sini banyak yang menggunakan cadar, atau penutup muka. Jadi yang kelihatan cuma mata. Bahkan ada yang seluruh muka tertutup kain hitam. Kita benar-benar tidak bisa melihat bentuk wajahnya.
Tidak hanya orang umum, tenaga medis pun banyak. Dokter, perawat, analis, nutrition, misalnya, banyak yang bercadar. Dan itu bukan masalah. Kalau di Indonesia pasti sudah diseret ke bui dikira teroris ya? Miris.
Bisa jadi langsung ditolak saat interview penerimaan karyawan. Atau dipaksa tanda tangan surat pernyataan "Mengikuti seragam RS" yang artinya secara tersirat, harus lepas cadar atau kerudung (pengalaman vii?).
4. Perawat berjas putih
Saya pernah menceritakan di tulisan sebelumnya, tidak ada beda antar perawat dan dokter. Kita setara. Benar-benar setara. Salah satu contohnya, perawat menggunakan jas putih. Jas yang sama persis seperti dokter.
Karna di otak saya masih terpatri, dokter berjas putih, jadi saya sering keliru. Saya kira dokter ternyata perawat, saya kira perawat ternyata dokter. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengira mereka adalah manusia.
Seragam perawat dan dokter juga sama. Persis! Setelan berwarna, misal ungu gelap atau biru gelap. Lalu berjas putih. Bbeuhh.. dijamin keblinger kalau ga nanya.
Itu juga kali ya yang membuat tidak ada jarak diantara mereka. Hubungannya sedekat jantung dan paru-paru. So swiiittt..
5. Sepatu pantovel vs kets
Perawat di Indonesia wajib menggunakan sepatu pantovel. Buat apa sih? Biar nampak elegan? Ya ampun pak/buk sang pembuat peraturan, pernah ga lari-lari ngejar pasien penyakit jiwa di RSJ? Atau lari sana sini di IGD karna pasien ngebludak? Atau lari menyusur lorong karna harus mengurus 50 pasien dengan hanya 5 perawat?
Itu kaki rasanya mau copot buukk.. pegal di pergelengan kaki dan sakit di ruas jari kaki. Belum lagi ada yang haknya 3 cm. Betis udah ngelupas itu.
Pantovel saya malah hak nya patah saat lari keliling lapangan kampus. Latihan, kalau nanti ngejar pasien kabur.
Begitu kok nuntut perawat cekatan, gerak cepat, cepat tanggap. Lha wong kaki sudah retak-retak begitu gegara pantovel.
Di Arab Saudi, perawat pakai sepatu kets. Yang penting putih. Nah kan jadi enak. Nyaman. Ready kalau diminta marathon dadakan. Di ICU ini juga pada pake sepatu kets. Selain keren juga menjaga agar kaki tidak patah tiba-tiba karna ngurus pasien kritis.
Nah guys, itu beberapa perbedaan seragam perawat Indonesia dan Arab Saudi. Mungkin beberapa tempat berbeda. Tapi itu yang saya dapatkan di rumah sakit ini. Mungkin teman ada yang punya pengalaman lain?
Yah, mau seragamnya bagaimana, yang penting kita kerja untuk kebaikan pasien. (Kebaikan perawat gimana? Ahh, lupakan). Saya tahu, penampilan mempengaruhi performa. Semoga kita tetap ambil positifnya. Atau bisikin tuh direkturnya biar ngerubah peraturan yang ada. Toh kita tak harus selalu berpatokan pada masa lalu. Move on broo.. biar jadi perawat kecee..
Sudah, segitu saja reportase kali ini yah, mulai ngelantur saya.
Tungguin cerita selanjutnya dari perawat di tanah nabi yaa.. (gaya banget lo vii!! Plakk!!) dan jangan lupa move on, move up and moving forward!!
Hidup Perawat Indonesia!!

*Violeta
Riyadh, Arab Saudi, 12 Februari 2016, 01.02 am

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...