Selasa, 14 Februari 2017

Organisasi Perawat Indonesia di Arab Saudi, Ada Nggak sih?



#Violet10

Minggu lalu ada yang berbeda di negara teluk. Tepat tanggal 20 Januari 2017, di Mekkah, digelar perhelatan akbar (Haishah). Pertemuan sederhana yang hangat lebih tepatnya. Dihadiri perawat-perawat Indonesia dari berbagai kota di Arab Saudi.
Konon katanya, ini acara kumpul-kumpul pertama dalam abad ini. Eits. Kalau ini kemungkinan benar. Dengan agenda umroh bersama dengan KBRI, acara kumpul santai dengan suguhan roti gulung ini menorehkan sejarah tersendiri di dunia keperawatan Indonesia di Arab Saudi.
Wait, kenapa bahasa saya jadi melangit begini.
Jadi intinya, bertempat di hotel yang jaraknya sepelemparan batu dengan Masjidil Haram, acara ramah tamah berjalan lancar. Dibuka oleh bapak Yuli, selaku ketua Dewan Pengurus Luar Negeri (DPLN) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) cabang Arab Saudi, yang telah dilantik tanggal 4 November 2016, pemaparan program kerja oleh tiap divisi hingga terkuaknya permasalahan yang ada di Arab Saudi.
Terkuak? Oke. Saya baru tahu ada perawat Indonesia yang sudah mengabdikan diri di Arab Saudi sejak tahun 1992. Itu tepat saat saya masih mungil berlumuran darah. Pertama kali suara saya menggelegar di Rumah Sakit negeri di Semarang, si ibu ini, sudah berjibaku dengan area keperawatan di tanah orang.
Ada pula yang sudah membawa seluruh keluarganya berhijrah. Menikah. Bahkan melahirkan dan membesarkan anak-anaknya di Arab Saudi.
“Sayang kalau sudah berada di sini terus pulang. Mau kerja apa kalau di tanah sendiri?”
Cukup menarik sebenarnya. Karena dulu datang dengan naungan Ministry of Health. Di mana penghasilan dan fasilitasnya tidak main-main. bertahun berselang, banyak dari perawat Indonesia ini menjadi kepala ruang bahkan duduk di birokrasi Rumah Sakit.

Sekarang, jalur yang dibuka hanya Ministry of Social. Ahh, semoga tetap sama-sama sejahteranya.
Saya jadi teringat beberapa minggu lalu, ada seorang perawat dari Sulawesi menghubungi saya. Bertanya tentang proses keluar negeri. Sejujurkan sebagai anak negeri kami ingin tinggal dan besar dengan ibu pertiwi. Tapi berdasar ceritanya, kita semua harus menimbang ulang lagi.
“Saya hanya digaji 100ribu perbulan mbak. Semoga dengan hijrah nanti, saya mampu berpenghasilan lebih. Untuk anak dan keluarga saya.”
Realita ini selalu tak mampu ditampik.
Dibalik begitu pelik dan kejamnya, ada banyak harapan dan doa yang ditorehkan. Maka jangan heran, jika setiap tahun, semakin banyak perawat yang berbondong-bondong mengadu nasib di negeri orang.
Katanya, “tak apalah jadi asissten nurse, asal anak-anak mampu sekolah dan berkehidupan layak. Apalagi bisa haji tanpa mengantri puluhan tahun. Saya sudah sangat bersyukur.”
Begini ini tugas-tugas organisasi yang bukan hanya menampung aspirasi, tetapi bahu-membahu membantu. Mengusung satu visi dengan PPNI pusat di Indonesia. Perawat-perawat di Arab Saudi juga harus mampu berdikari. Tak ada lagi merengek-rengek minta diperhatikan. Tapi kita yang harus sadar diri untuk memberi perhatian pada sesama profesi. Kalau bukan kita, siapa lagi?

Pertemuan kedua dilaksanakan di Hotel Al-Haram Madinah. Setelah berziarah di makam Nabi Muhammad SAW, para perawat ini masih semangat mengikuti pertemuan. Ditemani secangkir kopi panas dan tahu isi di atas meja, keakraban yang ‘Indonesia banget’ tercipta. Hingga 2 jam berdiskusi pun tak terasa. Ahh, rasanya tak ingin berakhir saja.
DPLN PPNI cabang Arab Saudi menjadi tumpuan banyak orang. Tidak hanya bagi perawat Indonesia, tetapi juga seluruh jajaran pemerintahan di Arab Saudi. Bagaimana pun juga, sebuah profesionalisme harus dijalankan dengan cara profesional.
Permasalahan seperti kontrak kerja, gaji bahkan prinsipil seperti pencarian jodoh insyaallah bisa teratasi. Tidak mudah memang, seperti menyeleksi wanita untuk calon istri. Tapi jika didasari dengan hati bekerja untuk negeri, tak ada yang tidak mungkin, kan?
Saya melangkahkan kaki keluar Masjid Nabawi setelah shalat dhuhur. Sebagai ajang perpisahan, doa untuk kebaikan organisasi ini semoga naik keatas langit. Menembus gemawan. Menyibak angan-angan. Akan selalu ada harapan, bagi mereka yang tak mudah putus asa. Untuk menghadapi tantangan, bukan menyalahkan keadaan.
Semoga jejak awal ini tidak mudah hilang disapu gelombang pasang. Organisasi yang membuat perawat Indonesia di Arab Saudi bernapas lega. Keajaiban itu ada, bagi mereka yang percaya. Semoga.

*Violeta
Jeddah, KSA. 27 Januari 2017. 4.49 pm

3 komentar:

  1. masha Allah.. apakah ada yang penempatan di dammam mbak??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada Mas.. perawat Indonesia sudah tersebar nyaris di seluruh kota besar dan kecil di Arab Saudi..

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...