Selasa, 14 Februari 2017

Suka Duka Perawat Indonesia di Arab Saudi (Bagian 2)

#Violet9
Si arab tulen, badan tinggi besar berkulit gelap, membawa kami ke kantornya dengan mobil. Wow.. aku kira timur tengah itu full padang pasir. Ternyata, hijau banget. Taman sepanjang jalan ditata sedemikian rupa. Cantik sekali. Kami mampir di resto kecil untuk sarapan kebab dan jus. Lalu berlanjut foto (2 hari ga mandi tiba-tiba di minta foto! Muka saya saudara-saudara. Kacau bin balau!) di studio foto sederhana. Lalu ke klinik terdekat untuk medical check up. Ini syarat untuk membuat iqamah (KTP Arab Saudi).
Singkat cerita, kami sampai di rumah singgah. Kami di sodorkan 3 liter susu sapi murni. Harus habis. Katanya, wajah kami seperti orang kelaparan. Yaellahh!!
Okeh tubuh saya memang mungil di banding orang timur tengah yang tinggi, besar dan berisi. Tapi bukan berarti kurang gizi ya. Menurut index massa tubuh, aku ideal kok! (Membela diri maksudnya, haha)
Dari rumah itu, kami berpisah, diantar ke tujuan masing-masing. Sedihnya, hingga sekarang aku tak pernah bertemu mereka lagi. Aku sendirian di antar ke rumah pasien homecare. Di antar sopir dari India. Ramah dan sopan. Benar-benar menyenangkan ngobrol dengan yang satu ini. Dia mahir berbahasa inggris. Selamatlah saya.
Setelah sampai di Apartment salah seorang petinggi perusahaan Bin Laden itu, aku tidak menemukan pasien yang dimaksud.
"You will take care my grandfather. He is staying in Riyadh now. Insyaallah 3 days again, we'll go there." Begitu katanya dengan suara dalam. Aku shock! Sempat heart attack! Naudzubillah. No no.. lalu ngebatin, "Riyadh itu sebelah mana ya?" Ketahuan, nilai geografinya buruk rupa. Setelah buka Google maps, ternyata 900 km dari Jeddah ke arah timur. Yah, semakin jauh dari Mekkah. Hixhix..
Akhirnya di Airport Jeddah (Airport lagi, lagi lagi airport, males banget bertemu petugasnya, huhuu). Dan benar saja, baru di skrining tas. Pertanyaan itu datang.
"Do you bring a knife?" Aku melotot. "No." 
Dia ngotot, "Yes, you bring!" Astagfirullah, ngapain aku bawa-bawa pisau? Dia me-skrining lagi tas punggung hitam yang akan aku bawa ke kabin.
"Open!" Teriaknya. Astagfirullah. Malunyaa.. itu bandara international coy. Semua orang langsung menatap saya curiga. Ada apa dengan cinta, eh, ada apa dengan saya!
Aku sendirian. Pendatang. Tak bisa mengelak. Maka kuturuti saja maunya. Ya Allah. Apa ada orang jahat yang menyusupkan pisau di tas butut ini? Aku mulai gemetaran.
Dia mengeluarkan paksa semua isi tas di meja pemeriksaan. Dari boneka (ini penting!), dokumen, syal, dompet, semuanyaaa... pengen menangis, menatanya saja sudah setengah mati. Sekarang di acak-acak.
And you know what? Pisau menyebalkan yang dituduh petugas itu adalah... SISIR!! Yes, sisir! Sisir saya saudara-saudara, dikira pisau!
Akhirnya, petugas tersebut meminta maaf dan membantu memasukan kembali ke dalam tas. Tapi susunannya porak-poranda! Dan dan.. boneka saya hilang! Aku celingukan. Eh ternyata, ada anak kecil yang membawanya kabur. Waa.. maka terjadilah adegan tarik menarik boneka patrick di tengah kerumunan antara anak usia 5 tahun vs saya, usia 7 th plus plus. Astagfirullah, malunya sampai pengen masuk ke roda pesawat!
Sampailah di Riyadh yang istimewa. Dipertemukan dengan pasien saya berusia 96 tahun yang hanya bisa Bahasa Arab. Congratulation vio!! #Matilah saiyaa!
Okeh, jadi fix aku tinggal di rumah yang alhamdulillah, besarnya sekampung. 3 lantai keatas dan bawah tanah. Ada lift dan 3 tangga menuju ke atas. Kolam renang besaarrr di belakang dan taman keren di samping yang kebanyakan tanamannya import dari Indonesia! Dari lidah buaya, kencur, melati hingga pohon kamboja.
Maka dimulailah semua cerita keseharianku, Violeta dari Indonesia.
Di rumah ini ada 8 penghuni asli dan 10 tambahan dari berbagai negara. Abdullah, koki baik hati dari Philippines. Ahmad, penanggungjawab dapur dari Cairo, Mesir yang masyaallah, sudah 26 tahun bekerja disini. Jago banget bawa nampan. Ternyata eh ternyata, dulu 10 tahun bekerja di restoran di Roma. Bbeuhh, mantep nyak! 3 orang dari Euthopia, Sara, Kadija dan Sovia yang usil jahil tapi baik binggo. Sering ngasih cabe. Disini ga ada sambal bro. Jadi kita ngunyah cabe hijau besar gelondongan! (Ga ada cabe rawit disini)
Dari Philippines ada Lin yang jago buat kue and Imelda yang selalu semangat kalau ketemu mesin jahit. Driver baik hati Salim dari India yang siap sedia mengantarku kapanpun kemanapun, Amir dari Mesir, dan Bonsi dari Thailand. Yang tugas ngepel sehari 4 kali ada Alawi dan Don dari Nepal. Yang kalau butuh apa-apa juga tinggal calling mereka. Bahkan mereka dengan senang hati pergi ke toko cuma buat beliin sebatang pasta gigi buatku.
Pula Shama, dosen perawat RN (Registered Nursing) dari India yang, ya ampuunn.. baik dan pinter banget. Ternyata ada dosen sebaik itu disana. Kita jadi partner, (astaga! partner gue dosen RN mamen!!) yang menjaga baba (panggilan buat pasien saya) 24 jam. Yes, 24 jam. Tapi karna baba tidur 15 jam sehari, jadilah kita juga tidur 15 jam sehari. Haha. Kagaklah.. kita tidur secukupnya. Alhamdulillah 15 jam cukup. #cetar!
Tugasku ringan, hanya menyuapi baba, memandikan, menemani menonton tv, mengantar ke hospital 2x seminggu untuk hemodialysis, mendorong kursi rodanya ke mall, atau ke restoran. Selebihnya menemani ngobrol dalam bahasa arab yang kadang aku masih loading lama kalau Baba ngamuk teriak-teriak. Alzheimer's benar-benar mengobrak-abrik pikirannya. Emosi tidak stabil. Bahkan ia tak mampu mengingat namaku. Dalam sehari, aku bisa memperkenalkan diri puluhan kali,
"Min anti?" - siapa kamu?
"Ana Vio, ya Baba" -saya vio, ya baba
"Vio min?" -vio siapa?
"Mamaridah" -perawat
"Toyyib, fii e?" -baik, ada apa?
Begitulah percakapan yang diulang puluhan kali setiap hari. Karna Baba lupa dalam sepersekian detik.
Tugas menjaga baba dilakukan 3 orang. Yap! 3 orang menjaga 1 pasien. Ringan pake buanget kan? Berat badanku sampai melonjak 4 kilo gegara jarang gerak. Mentok duduk berjam-jam sambil makan es krim Baskin Robbins atau 15 jam tidur! (Ebusett! Itu kerja apa ngerjain?!)
Aku datang tanpa bisa bahasa arab, Alhamdulillah hari ini genap 5 bulan terlewat. Sedikit-sedikit mulai terbiasa. Karna mau tak mau, bahasa sehari-sehari adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.
So guys, buat teman-teman yang berniat keluar negeri, persiapkanlah dengan matang semuanya. Dari dokumen dan mental. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di depan. Aku juga ga tahu kalau akhirnya sendirian di rumah ini. Satu-satunya dari Indonesia.
Awal datang, sering menangis waktu shalat. Takut. Khawatir dipulangkan karna sering melakukan kesalahan. Tapi waktu membuat aku tegar. Life must go on! Yap. Aku harus berdiri tegak, mandiri dan kuat. Aku tidak bisa bergantung pada siapapun, kecuali Allah. Toh aku datang kesini juga tidak dengan instan. Perjalanan panjang dan menyakitkan membawaku jauh melebihi apa yang aku impikan.
Jangan pernah takut bermimpi kawan. Jangan pernah menyerah pada keadaan. Dan jangan pernah takut sendirian. Allah selalu bersama hambanya yang selalu mengingat Ia. Dimanapun, kapanpun.
Sendirian bukan berarti kita tak memiliki siapa-siapa. Tapi itu berarti, Allah mengijinkan kita untuk bertemu dengan keluarga baru. Disini saya memiliki keluarga yang luar biasa. Bahkan aku sangat terharu saat salah seorang anak dari pasienku berucap, "I am your mother here. If you need something, please tell me."
Dan saat masa percobaan 2 bulan terlewati, Ia berkata dengan mata berbinar, "are you happy, Violet? Because I hope you will stay here in a long time."
Ia memelukku, setelah aku menjawab, "I am glad, madam. I found my new family here. And you are like my mother. Thank you for your love."

*Violeta
Riyadh, Saudi Arabia, 28 Januari 2016, 01.29 waktu KSA

1 komentar:

  1. Asalamu'alaikum mbk..mbk boleh minta nomernya, atau pin bbm sya ingin tnya tntang cara daftar bisa kerja d arab..sya pngen kerja dsna jga mbk..hehe

    BalasHapus

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...