Rabu, 19 September 2018

Drama di Bandara Chitose Hokkaido

Lupa itu manusiawi, kan, ya? Tapi kalau lupa tingkat akut itu bikin puyeng kepala juga. Nah, ini yang membuat saya dagdigdugder!!

Hari ini sudah perfect banget. Bangun jam 4.30 pagi, siap-siap, nunggu bis di halte. Duduk manis di bis. Sampai Bandara 1 jam lebih cepat dari perkiraan. Paripurna!

Hingga check in, pamitan dengan suami, masuk pemindai x-ray, mulus di imigrasi, hingga ngobrol dengan warga Malaysia di depan gate 65.

Setelah diperbolehkan masuk pesawat, saya duduk di kursi sesuai yang tertera di boarding pass. 1 detik, 5 detik, 10 detik, kok dingin ya? Eh, iya loh dingin banget! Lihat badan, lahh!! Jaketnya mana?

Panik, saya langsung telpon suami.

Kata mamas, coba tanya pramugari. Kata pramugarI, tanya petugas di luar pesawat. Kata petugas di luar pesawat, saya dilarang meninggalkan pesawat. Benar-benar dihadang di garbatara.

Gemetarlah badan, gila ini, bisa-bisanya jaket ketinggalan. Diingat-ingat, diingat-ingat, baru ingat kalau ketinggalan di baki saat pemindaian x-ray di pintu paling luar. Iya, pintu terluar sebelum imgrasi. Duh, Vio!!!

Petugas menelpon bagian pintu luar, dan meminta saya masuk ke dalam pesawat lagi, katanya jaket akan diantar.

Wah, kalau sampai nggak ketemu, bisa beku saya di dalem pesawat sedingin itu selama 8 jam perjalanan!

Tapi alhamdulillah, beberapa menit kemudian, pramugari datang memberikan jaket saya. Fiiuuhh!!

Sebenarnya ini bukan kali pertama.

Dulu saat di Bali juga, HP saya tertinggal saat di-charge di waiting room bandara. Sadarnya saat sudah di landasan pacu. Nyaris masuk pesawat. Akhirnya, mamas suami yang lari-lari balik ke dalam. Padahal jaraknya jauh lho itu. Kasihan.

Jan, kebangetan ini.

Kadang saat lupa, saya merasa sedang kehilangan setengah kesadaran. Melek tapi tidak sepenuhnya melek. Bangun tapi tak benar-benar bangun. Jadi masalahnya, kecenderungan untuk memisahkan apa yang harus diingat dan dilakukan itu nggak sinkron.

Ini benar-benar menampar saya.

Dulu, saat ada seseorang menyakiti hati, saya berusaha sekuat tenaga untuk melupakan. Tapi nyatanya? Semakin berusaha, semakin saya mengingatnya lekat-lekat. Seperti benalu yang justru melekat erat.

Tidak sehat, tentu saja.

Seorang sahabat pernah mengambil seseorang yang saya suka. Saya lupakan rasa itu, kenangan itu, tapi meski telah bertahun-tahun, saya sanggup mengingat detailnya. Bahkan percakapan ketika pengkhiatan itu dia katakan sebagai pelampiasan karena saya bukan teman yang baik.

Oh, baiklah, bukankah kita harus berdamai dengan masa lalu?

Meski nyeri itu telah lama sirna, tapi pengalaman tetap menjadi pengalaman.

Yang ingin saya bagi di sini, sebenarnya kita bisa memilih untuk fokus pada hal-hal yang memang membantu kita untuk maju. Tak perlu setengah mati berusaha melupakan mantan, oh, sungguh tak perlu. Karena sebenarnya, dengan teralihkan dengan hal lain pun, kita bisa meninggalkannya tanpa menyakiti siapapun.

Saya melupakan jaket dan hp itu karena fokus pada sidak di gerbang imigrasi, perjalanan pesawat yang panjang dan hal-hal menyenangkan setelahnya.

Jadi ya biarkan mereka pergi dengan tenang. Biarkan luka itu sembuh dengan sendirinya. Biarkan waktu menghormati segala apa yang terjadi hingga kemudian kita tak lagi menyadari, ketidakhadirannya, menjadi sangat biasa, dan kita baik-baik saja.

Mengingat kenangan juga sebenarnya tak seburuk yang kalian kira. Saya tetap dan akan mengingatnya. Bahkan tatapan mata dan hentakannya di jantung.

Karena bagi saya, sepahit apapun masa lalu, mereka yang telah membangun saya hingga mampu berdiri seperti sekarang.

Mereka bisa tertawa saat itu. Tak apa. Tapi sekarang, saya lebih bahagia dengan tahu, siapa yang benar-benar bisa dijadikan teman setia dan pasangan yang penuh cinta. Tanpa balas dendam dan amarah yang sia-sia.

Percayalah, sesakit apapun itu, esok lusa, ia akan menjadi alasan untuk bangkit dan berjuang lagi.

*Marintha Violeta
Kuala Lumpur, Malaysia, 19 Septemeber 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...