Selasa, 25 September 2018

Nonton Bule Mancing di Spanyol

Mancing, adalah ujian keimanan. Bagaimana tidak, jika sepanjang menunggui umpan dicaplok ikan, saking lamanya, saya malah mengumpati cacing yang kloget-kloget di keranjang. Apes bener nasibmu to, Cing Cacing! Sampai cetol aja ga minat.

Tapi kali ini beda, saat olahraga napas di tepi Pantano Nuevo del Angel, atau Danau Baru Malaikat di kawasan Andalusia, perbukitan Marbella, Spanyol. Jalan-jalan sambil nyari jajan. Ya kali ada tukang cilok manggrok. Malah teralihkan oleh dua bule yang lagi mancing. Tapi ndak sembarang mancing, Bos. Lha pie to. Ada 6 joran yang dilepas dan dikoncer, ditancap ke tanah. Seperti mancing kakap putih di Indonesia. Nah, si empunya malah tiduran di barak. Asoy dengan bantal motif semarak.

   
Saya dan 3 teman dari Philippine jelas terkagum-kagum dengan ketampa... Bukan. Tapi dengan cara mereka mancing.

Lha kok enak. Dulu saya nungguin adek mancing sambil jongkok di pinggiran kolam. Jadi bancaan nyamuk. Dirundung amis dan kepiluan mendalam. Karena sendal baru kinyis-kinyis kecebur kolam. Betapa Tuhan begitu besar menimpakan cobaan pada si Nevada bunga-bunga yang dibeli diskonan.

Padahal cuma nungguin. Ahh, ya bagaimana, saya terlalu imoedz dan swit untuk melempar umpan. Apalagi menyiksa cacing tak berdosa. Tak tega. Pedih melihatnya. Nyeri menyaksikan pembantaian paling kejam, menusuk tubuh kurus, panjang, merah dan kenyal menggemaskan di kail. Lalu melemparkannya dengan penuh ambisi. Berharap ada yang menelan bulat-bulat. Sungguh terlalu!

Apakah ini namanya berkorban untuk mendapat yang lebih besar? Jadi ingat kerelaan mempreteli barbie sambil guling-guling di lantai demi boneka Teddy setinggi kulkas.

Yang menjengkelkan, 3 jam jongkok sampai kesemutan dan kegajahan, blas ga dapat apa-apa. Padahal itu di kolam pancing yang dikelola, lho. Kolam berwarna hijau zamrud tapi tidak bisa dijual di toko perhiasan, dikelilingi pondokan bambu dan jalan kayu. Katanya, banyak gurami, lah, jangankan bayik gurami, ponakannya saja blas ga kelihatan wujudnya.

Saya jadi curiga, ada konspirasi dibalik kolam yang tidak terlihat dasarnya. Bisa jadi isinya batu. Karena terobsesi mengecek kedalamannya, 'air beriak, tanda tak dalam'. Atau biar si penjaga bilang, "Ikannya beli saja, mau dibakarkan juga bisa." Benar-benar merusak kode etik permancingan nusa bangsa tanah air beta.

Balik lagi ke si bule berkacamata. Setengah jam berfoto ria dengan bebek-bebek gemulai, salah satu pancing disambar. Alat pancing bergoyang. Dua bule tarik menarik dengan si sisik yang masih berusaha lari. Kecipak air semakin besar di tengah danau. Tarik. Ulur. Tarik. Ulur. Cantik. Sambil mengibas rambut Syahrini.

Saya yang nonton ikut histeris heboh. 3 teman sudah berlari mendekat. Berharap dapat memberi suntikan semangat di tengah pertarungan hebat. Angin berhembus. Daun-daun beterbangan. Alam menyambut dramatis. Kritis!

5 menit kemudian. Byaakk!!! Ikan besar keluar. Menggelepar. Wuiihhh.. Gede brooo....

Setelah asyik difoto dan ditimbang. Gile, beratnya ada kali 10 kilo. Saya baru ngeh, danau nyempil dibalik villa dihuni makhluk sebohay itu. Kami bertepuk tangan penuh kemenangan. Seperti PSSI yang berhasil masuk Piala Dunia.

Karena hanya saya yang menggunakan kerudung di situ, malulah ya kalau minta foto bareng. Jadilah si akangnya saja yang saya foto. Sebagai bentuk penghargaan atas perjuangannya mancing sambil bobok-bobok ganteng.


Saya tanya itu ikan apa dan mau diapakan, tapi ternyata si akang bule tidak fasih Bahasa Inggris. Luar biasanya, saya nol setengah dalam bahasa Spanyol. Padahal kan lumayan kalau dibakar di situ. Saya bisa ikut icip-icip ikan danau dari negara yang lagi demam Despacito. Selidik punya selidik tapi tidak mendelik, itu ikan karper (Cyprinus caprio) atau ikan mas penghuni air tawar.

Lalu, eh lalu, si akang bule malah turun ke danau. Saya nunjuk-nunjuk ke air. Dianya ngangguk. Ladalah.. Ikannya dilepas!!

Uuuhhh... Saya yang lihat dari daratan kok ya malah ada rasa yang tak terdefinisi menyeruak di relung dada. Sesak. Engap. Gantian, emosi saya yang terpancing. Menggelepar di atas kehampaan dan kehilangan yang pragmantis.

Saya memang tidak begitu naksir mancing. Naksirnya, kamu. Tapi nonton Mancing Mania di TV jadi hiburan tersendiri. Mengisi waktu selow remaja putri anti pegang yang amis-amis. Sebuah penyelamat generasi barbie dengan mengenalkan pada tantangan mancing di tengah badai atau di sungai aliran deras. Sederas gombalanmu yang ujung-ujungnya jadian sama sahabat.

Meskipun bego dalam Tata Negara Permancingan, sama begonya saat nonton 1 bola yang direbutin 24 orang. Dikejar, setelah dapat, ditendang lagi. Sama stupid-nya nonton badminton yang menunggu shuttlecock datang, setelah dekat, di-smash lagi sekuat tenaga. Juga sama gilanya nonton catur yang cuma duduk tapi kegemetaran. Ya, gitu-gitu, tetep saja ga kapok nonton dan jadi pemandu sorak.

“Give me B! Give me O! Give me Y!” sambil menghentak-hentak pom-pom.

Ternyata hidup semenyedihkan itu. Sesuatu yang sudah dicari dengan penuh pergolakan batin, waktu dan rindu, akhirnya dilepas agar dia bahagia dengan pilihannya. Ahh, harusnya saya menekuri nasib Nevada bunga-bunga. Hidup itu amis, Nev!

*Marbella, Spain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...