Minggu, 23 September 2018

Nginap di Bandara, Serem Ga Sih?

Waktu bilang mau nginap di Bandara, orang tua dan mertua khawatir kalau saya kenapa-kenapa. Bukan diculik juga sih.
Sampai minta saya pilih kursi yang paling nyaman, selonjoran dan lain sebagainya.
Ya dikira waiting room-nya mirip di poliklinik puskesmas yang kalau malam sepi, senyap, remang-remang dengan bangku kayu saling menatap kekosongan.
Pas cerita kalau Bandara Kuala Lumpur itu seperti Paragon Mall di Semarang, mereka malah ketawa. Padahal jane yo lebih bagus ini. Karena lantainya berkarpet.
Sebenarnya juga, saya benar-benar ngemper dan tidur. Ya ga lelap-lelap amat karena harus jaga barang-barang. Kecuali kalo rame-rame lho ya, bisa gantian melek. Nah ini seringnya sendirian.
Kalau emang udah ngantuk banget, saya harus tidur. Posisinya, macam di foto itu. Barang-barang mepet badan. Kalau perlu ditindih. Jadi kalau ada yang usil bisa kerasa.
Udah kebiasaan bisa tidur di mana aja kalau saya. Angkot, bawah meja atau toilet. Haha.
Kadang juga tidur di kursi yang berjajar. Tapi kursinya udah pada diganti bergelombang, euy. Ga bisa buat bobok lurus badan. Encok yang ada.
Jadi tiap jalan ke sana kemari, sambil lirik-lirik sebelah mana colokan, papan pengumuman, toilet, posisi cozy buat bobok cantik dan jauh dari orang-orang yang sekiranya membahayakan.
Bukan shu'uzon lho ya ini. Tapi jaga diri.
Kenapa ga nginep di hotel? Padahal jarak penerbangan 12 jam.
Check in jam 4 pagi mamen. Ngapain subuh-subuh saya harus membelah hutan kelapa sawit.
Ada hotel juga di lantai 2A. Juga ada hotel kapsul di basement. Tapi jelas ada harga dong. Untuk kaum irit tur pelit macam saya. Yang begini juga sudah membahagiakan.
Jangan dikira lho mereka yang bisa keluar negeri itu punya uang banyak. Duh Gusti, padahal mau beli makan aja mikir 10 kali. Uangnya cukup ga ya. Worth it sama makanannya ga ya. Di depan papan menu doang rasanya saya udah mau pingsan.
Tapi sebenarnya ngemper di bandara ga buruk-buruk amat. Ga seseram yang mereka kira.
Di samping saya itu Movie Lounge. Film yang diputer 24 jam nonstop di 2 layar TV super lebar. Tapi ya gitu, ga bisa request. Pas malam ini kok ya filmnya ga bagus-bagus amat.
Dulu pernah nonton di situ film Beauty and The Beast, Transformer dan entah judulnya apa, tapi bagus. Kalau filmnya bagus, penontonnya rame.
Image may contain: indoor
Sering ya, kita menganggap hal-hal aneh itu tidak layak dilakukan. Tidak pantas. Hingga mudah bilang kalau mereka-mereka yang hobinya jalan-jalan tapi pilih maskapai murah dan menggelandang di bandara menjadi sebuah kesalahan.
Sering lho saya baca dan dengar kalau maskapai yang saya tumpangi ini tidak layak terbang. Apalah. Apalah.
Sampai ada yang bilang, "Naiknya kok itu sih? Yang lain aja lah!"
"Kok tidur di bandara, sih. Kalo ga punya uang ya ga usah jalan-jalan dong!"
Hmm.. Begini, Arief Rahman menulis di halaman 116 dalam buku Creator.inc, "Jika kita tarik kasus ini pada bisnis-bisnis besar sekalipun, kita akan menemukan satu pola yang sama bahwa kecepatan, kualitas dan biaya adalah tiga fitur yang saling 'kanibal' (Bab Impossible Triangle).
Harga tiket maskapai penerbangan Garuda dibanderol dengan harga mahal, tetapi kita mendapatkan layanan terbaik, jarang mengalami delay, dan penumpang dimanjakan.
Sementara maskapai penerbangan low cost seperti Air Asia membanderol tiket mereka dengan murah dan layanan yang biasa-biasa saja.
Namun, kedua maskapai ini memiliki konsumennya sendiri dan menjadi pemimpin pasar di kelasnya masing-masing.
Untuk itulah saya menyarankan, buatlah karya yang fokus pada satu atau dua fitur produk saja, pilih antara kualitas, kecepatan, atau biaya."
Ga asing dengan itu, kan ya?
Agung hapsah juga sering bilang kalau dia membuat video youtube dengan kualitas paripurna. Dari proses membuat skrip, pengambilan gambar, sampai editing. Konsekuensinya: lama
Ada juga mereka-mereka yang menulis mengikuti arus berita. Lagi hits itu, nulis itu juga. Lagi hits ini, bahas ini. Sering muncul. Karyanya banyak. Di mana-mana.
Nah, kuantitas, atau kualitas. Balik ke masing-masing ya. Untuk produsen, pun konsumen.
Ada yang bagus dari kata-kata Bruce Lee, "Saya tidak pernah takut menghadapi seseorang yang memiliki seribu jurus, tetapi yang saya takuti adalah seseorang dengan satu jurus yang dilatih sebanyak seribu kali."
Ini sebenarnya menampar saya sih. Yang masih sering goyah. Gonta ganti tujuan, mimpi, yang paling fatal, emosi.
Ya, pilih nginap di bandara karena menurut saya ini lebih efektif dan efisien. Tapi untuk mereka yang pilih hotel atau penginapan layak bukan jadi masalah juga, pastinya.
Pilih Garuda monggo, Air Asia ya silakan. Setiap orang punya alasan yang tak harus diketahui banyak orang, lho. Hormati, ya.
Lagian tidak semua dinilai hanya dengan hitam dan putih, kok. Kita bisa berada di tengah-tengah. Tak harus membenci untuk berhenti mencintai, kan? Tak perlu menjatuhkan untuk menunjukkan kelemahan musuh.
"Kau harus membakar diri dalam apimu sendiri. Bagaimana mungkin engkau bisa menjadi baru jika engkau tidak pernah menjadi abu terlebih dahulu." - Friedrich Nietzsche.
Semacam bobok kaya gini. Beralas karpet, berselimut jaket, dengan mereka yang lelah tapi penuh semangat mencari kebahagiaan sejati. Perjalanan. Untuk hidup dan menghidupkan.
'Everyone can fly', dude. Setiap orang berhak menikmati setiap perjalanan hidupnya. Entah yang benar-benar hidup di jalan. Dan tak ada yang hina dengan itu.
Kebahagiaanmu biarkan kamu sendiri yang menentukan. Bukan seberapa berat masalah yang sedang terjadi, bukan pula dari nilai yang mereka sematkan padamu.
Saya tidur di Bandara, dan saya bahagia. Itu saja.

*Marintha Violeta
Kuala Lumpur, Malaysia. 02.44 am.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...