Minggu, 30 September 2018

Hamil?!!

Dulu saya kira, nunggu jodoh itu sudah tingkat galau yang paling maha. Lha ya gimana, timeline sosmed isinya nyari jodoh, mana rantauwers pulak. Kan jadi pelik. Saya di mana, si doi ke mana. Kalau salah alamat gimana?

Ceramah ustadz melulu jodoh menjodoh, sampai ikut kajian aja motivasi utama ya karna jodoh. Ilmu dapat, cuci mata juga sikat. Pokoknya mah yang kelihatan sopan, ramah tapi kalem. Haisshh..

Obrolan wanita duapuluhan juga tuitu saja. Si anu udah merit lah. Si lugu udah nimang anak. Si kluwus, lusuh, hobi bikin rusuh dapet istri sholihah. Plus bumbu kekinian, "menikahlah karena agama, bukan cinta. Apalagi harta."

Etapii.. setelah ijab qobul dan sang pangeran kembali ke singgasana di ujung utara Jepang sana, promblema tidak juga hengkang.

Yes. Anak.


Saya tidak terlalu memusingkan perihal ini. Sedikasihnya. Nggak harus yang buru-buru karena kepalang usia. Apalagi iri sama tetangga. Yang anaknya udah dua. Padahal usia sama.

Anak bukan sepak bola, Cin. Diadu dan dilombakan hanya karna ego dan malu.

Tapi saya serius sebal. Karena gegara ini,  mual muntah yang saya alami jadi tanda tanya besar.

"Udah nikah, Mbak?" Dokter IGD menganamnesa.

"Sudah, Dok. Tapi jarak jauh. Udah lebih sebulan gak ketemu. Bukan. Gak mungkin."

Oke. Sampai sini sudah ngeh-kan arah ke mana?

Dan ya, meski akhirnya harus piknik di ruang rawat inap karena diagnosa sepele, saudara dan pembesuk tak bisa berhenti berkelakar, "alaahhh.. Nganten anyar.. Palingan positif. Udah cek belum?"

Mual muntah memang patokan morning sickness. Tapi tidak semua mual mengarah ke sana kan?

Keracunan, maag, hipoglikemi, hiperglikemi, bahkan typhus pun gejalanya mual, lho.

Dan pertanyaan, "Kalau jauh-jauhan gitu nanti gimana punya anak?"

Saya masih tidak habis pikir, apakah menikah selalu bertujuan utama untuk punya anak secepat-cepatnya dan dalam tempo sesingkat-singkatnya? Kalau perlu habis salaman, langsung 'isi'.

Bagaimana dengan saling memahami? Mengenal satu sama lain. Belajar mengelola emosi, sampai mengubah kata aku menjadi kita.

Padahal komitmen tak bisa ditukar dengan setangkai tulip dan janji meminang saat sudah cukup tabungan, nyatanya, usaha masih segitu-gitu aja.

Saya jadi paham. Kenapa modal nikah tak hanya sebatas haha hihi bersama. Karena setelahnya, bukan lagi tentang beli gamis model terbaru. Tapi gimana caranya tampil oke tapi tetep bisa nabung.

Bukan lagi nglayap sendirian ke bioskop, nyalon, di toko buku berjam-jam. Tapi gimana caranya bisa nemenin suami. Meski saat dia belajar khusyuk di sana, saya malah asik nonton film di rumah.

Kita tak pernah sempurna. Jelas. Bahkan menyamai kesempurnaan pun, rasanya tak pantas. Tapi membiarkan kehidupan berjalan sesuai zona waktu akan membuat hati tenang dengan segala kejutannya.

Kalau kata dr.Ema yang lagi hits dengan 'Kenapa nikah muda?'-nya, "saat sudah nikah, masalah ekonomi, anak, bersosial, perbedaan budaya antar keluarga, bahkan tentang pekerjaan kedua pasangan, lebih runyam daripada galaunya nungguin jodoh."

Jadi plis, jangan pengen nikah cuma biar ada yang masakin dan ngerapiin rumah. Atau pas nyuapin bisa nyuri nyium keningnya.

Owallah bro-sis, itu mah depan kamera doang. Tahan bapernya. Nggak tau kan gimana geroginya tiap ketemu mertua? Apalagi kalau tak sejalan dan ada perbedaan kasta.

Cinta itu anugrah. Maka jadilah pribadi yang luar biasa, dan berikan hatimu yang paling istimewa.

Saya toh terbukti negatif karena tamu bulanan menjenguk di hari kedua opname. Ffiuhh... lega. Kecaman terpatahkan.

Konon, mual dan diare karena kopi yang saya minum sehari sebelumnya. Ditambah sepotong kelelahan dan setangkup kehujanan. Haa... jian. Meriang kok ndadak jadi pasien.

Jodoh, menikah, punya anak, bahkan mati, telah tertulis di lawh mahfudz, lalu untuk apa meratapi nasib yang berjalan tak sesuai kehendak hati?

Berbahagia pada apapun yang terjadi membuat kita lebih bersyukur dengan segala rencana Ilahi.

*Violeta
Semarang, 18 November 2017. 5.32 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...