Jumat, 14 September 2018

Jangan Jadi Mahasiswa Luar Negeri!

Hokkaido University masih adem seperti biasa. Jumat yang dududu. Jadi begini, pagi ini Hokkaido sudah terjadi gempa 2 kali. Ini yang terasa goyangannya. Selebihnya ya ada, tapi karena intensitas kecil, seperti angin saja.

Saya dan mamas memilih untuk keluar. Nangkring di Seico-mart kampus. Ya, miriplah seperti Indomart di Indonesia tapi ada tempat duduk-duduk di lantai atas.

Lantai satu untuk jual beli. Lantai dua untuk kafe santai penuh meja dan kursi. Ada ruang dalam yang ber-AC, lengkap dengan mesin fotocopy, sampai yang dicari setelah wifi para pecinta gawai. Yes! Colokan.

Nah, di bagian luar dibuat terbuka, dengan payung dan kursi santai. Pemandangan juga lebih aduhai karena langsung menghadap julangan pinus dan pohon ginko yang berayun dibelai angin. Saya kok yakin di sana banyak bergelantung ulat.

Dari posisi saya duduk sekarang, nampaklah para mahasiswa yang lalu lalang dengan sepedanya. Memacu waktu untuk sampai ke lab. Berkutat dengan diktat. Atau, berpikir bagaimana cara terbaik bertahan hidup dikala uang beasiswa entah kapan turunnya.

Ya. Sebenarnya, menjadi mahasiswa di Indonesia atau di Jepang, sama saja. Ada tumpukan tugas, dosen yang tegas hingga kerinduan dengan pecel lele dan tahu petis.

Lucu jika saya membaca beberapa komentar orang-orang yang kemudian karena merasa sempurna tapi penuh luka itu mencibir para tualang akademika ini dengan mengatakan, "Pulang aja, di Indonesia kan lebih aman, nyaman, deket keluarga. Ngapain sih jauh-jauh ke sana."

Saya memang bukan ahli, apalagi salah satu mahasiswa di sini. Tapi untuk tahu bagaimana perjuangan mereka hingga bisa duduk di kursi kelas, pasti tidaklah mudah.

Hidup itu seperti amplop yang dikirim Tuhan ke sebuah tujuan. Bisa jadi kita belum sampai ke tujuan itu. Belum. Kita masih melewati beberapa pos.

Proses kehidupan adalah tentang sebuah perjalanan. Dari satu pos ke pos yang lain. Tak serta merta terjadi dan selesai dalam satu kedipan mata. No, Dear.

Tapi keteguhan hati, kebekuan tekad dan pantang menyerah membuat kita bisa melewatinya. 

Biar. Biarkan mereka dengan segala hipotesanya. Yakinkan saja, kakimu masih berayun sesuai irama untuk menjemput impian.

Ahh, seico-mart lantai 2 ini tak hanya tentang mereka yang duduk dan menyantap kudapan. Tetapi tentang kesempatan untuk meraih apa yang diinginkan. Ketenangan hati dan pendewasaan pikiran.

*Marintha Violeta
Sapporo, 14 September 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...