Minggu, 07 Oktober 2018

Menikah itu...

Uuhhh... Siapa bilang nikah itu enak? Pusiiingg.. Akkk..

Acara ketok pintu, alias silaturahmi pertama antar keluarga, atau biasa disebut nembung dalam jawa, dilakukan pas saya di Spanyol.

Kebayang betapa dagdigdugnya. Dikala jam 10 pagi acara mulai, di Indonesia, saya malah glesotan di kasur, ga bisa tidur.

Belum lagi permintaan resign dan pulang ke Paris dadakan, demi mengejar visa dan penerbangan Saudi ke Indonesia.

Meskipun satu bulan sebelum acara sudah berada di Indonesia, tak pula mengurangi sakit kepala, gigi nyut-nyutan dan sariawan karena kebanyakan senewen.

Lha gimana toh. Nyewa gedung di Semarang itu minimal setahun sebelumnya. Lha gue? Keputusan nikah 2 bulan juga kagak ada. Semua sold out!

Baru kerasa deh ya, kenapa ada wedding organizer. Lha buat ngurus chatering, dekor, rias, sampai tetek bengek souvenir dan buku tamu bikin kepala jadi kaki, kaki jadi kepala.

Design kartu undangan saya buat sendiri saat di Paris. Itu sebab ada lambang Eiffel di sana. Dan ya, jika kurang kerjaan, undangan bisa dialihfungsi menjadi pembatas buku, karena bahan kertasnya yang memang khusus.

Fungsi lainnya bisa untuk ganjal pintu lemari, kaki meja yang pincang, dan tiket wedding airlines ke alam mimpi bagi yang single.

Saklek lagi, saat malam midodareni, yang harusnya calon pengantin perempuan dipingit di rumah. Saya, malah ikut ngehias pohon tanabata di gedung, plus ngrameni panggung.

Yang bikin gemes, geregetan, dan perdebatan adalah calon pengantin laki yang baru pulang dari Jepang sehari sebelum hari H.

Termasuk kalimat pak penghulu, "Ya kalau mas nya telat datang, resepsi saja dulu, akadnya bisa besok-besoknya." Kyyaaakk...

Tapi saat acara selesai, huaaa... Leganyaa.. Alhamdulillah. Lamaran, akad, resepsi yang dipadatkan jadi satu hari bisa berlangsung lancar.

Ya meskipun ada tragedi saya salah memasukkan cincin ke tangan kanan dan orang tua tertukar saat prosesi sungkeman. Huhuu..


Anyway, saya baru mengerti bahwa menikah bukan hanya tentang kasur dan sumur. Tapi komitmen kesemua pihak.

Komunikasi kami yang terpisah jarak dan perbedaan waktu Paris, Jepang, dan Indonesia, membuat jantung, paru dan otak rasanya menyatu melekat erat.

Kalau saja orang tua lakinya, yang notabene lupa wajah saya, menolak, maka tentu saja tak ada yang namanya duduk di pelaminan tanggal 24 September lalu.

Atau kalau saja lakinya delay pesawat karena rumor perang nuklir Korea Utara, tak ada suaranya yang lantang mengucap akad.

Dan kalau saja Allah tak merestui semua upaya kami, tak ada pula yang namanya status menikah di KTP.

Gila, nekat, ga tau diri, kayanya lebih cocok daripada slogan 'lebih cepat lebih baik'.

Lha rencana nikah itu blas ga ada di pikiran kok. Planning pulang dari luar negeri ya pengennya klekaran santaiii.. Tapi ternyata Allah punya rencana lain.

Kan, kadang apa yang ada di depan mata, tak harus mewujud nyata, tapi yang ada dalam doa untuk memenuhi setengah agama, menjadi landasan kuat kenapa keputusan harus dibuat dalam waktu singkat.

Benar sih jodoh itu rahasia Allah, tapi kalau tak ada kemauan, usaha dan bantuan semua pihak, tak bisa juga saya menyandang status istri.

Jatuh cinta bisa pada siapa saja, tapi tak semua cinta bisa menjadikan ibadah pada Sang Kuasa. Menikah itu sulit, tapi tak sesulit berbahagia saat menyatukan budaya dua keluarga.

Terima kasih atas doanya.

Mohon maaf jika banyak yang tidak kami undang, karena keterbatasan tempat dan waktu, kami ingin tetap menjadikan perhelatan pernikahan menjadi privasi yang tak harus diumbar hanya karena berkurangnya stok jomblo di muka bumi.

Maka tak ada undangan atau berita yang saya share di media sosial. Jika ada pun, sudah mendekati hari H.

Semoga apapun yang kami usahakan sekarang, menjadi kenangan tersendiri yang bisa dinikmati sepanjang hayat.

Kan ya ga lucu, udah woro-woro, tapi kami berdua bahkan belum bertemu selama bertahun-tahun.

Jangankan tinggi badan, mengingat wajah calon suami saja, saya tidak yakin. Lho, foto sama tampang asli bisa beda to?

Jadi semoga, cinta ini adalah bentuk syukur dan rindu pada Sang Pemilik Cinta sebenarnya.

Dan semoga predikat baru ini, menjadikan kami lebih tau diri, saling mengerti meski belum berada dalam 1 negeri, lebih taat dan dekat pada Illahi.

*Violeta
Di bibir pantai Sanur, Bali, 1 Oktober 2017. 9.21 Wita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...