Minggu, 28 Oktober 2018

Bintang Raksasa

"Tak bisakah kau diam?"

"Aku bosan." Tubuhnya yang sedari tadi bergerak kiri kanan membuat kursi berdecit-decit.

"Kau bisa pergi, ke Saturnus misalnya."

"Bagaimana kalau kita ke Sirius!" Antares mematut di cermin mungil di atas meja. Memantulkan wajahnya yang merah. "Sudah lama aku tak mengunjunginya."

Tak ada jawaban.

"Ayolah Rigel. Jaraknya hanya 8,6 tahun cahaya dari planet berpolusi ini."

"Aku ada janji dengan Petinggi Tata Surya. Regulus, Fomalheut, Becrux dan Vega. Ada masalah di Konstelasi Lyra. Rotasi Vega melambat. Kita akan menyelidiki sisa hidrogen dan helium disana."

Antares memanyunkan bibirnya yang tipis merah muda.

"Tanggal berapa sekarang? Sepertinya Canopus dan Sirius akan bertemu malam ini. Temui mereka di daerah Zenith. Hemisfer Selatan."

"Canopus? Bintang sirkumpolar yang tak pernah tenggelam itu?" Antares berdiri. Menampakkan tubuhnya yang menjulang, besar dan kekar. "Sebenarnya aku tak suka padanya."

"Iri karna manusia memasukkan namanya dalam lagu mereka?" Rigel terkekeh di balik buku 'Bertamasya ke Bumi'.

"Hhh!! Di lagu Sherina itu. Tidakkah mereka tahu, aku bintang raksasa dan masuk jajaran 15 paling terang di Galaksi Bima Sakti? Aku lebih besar 10 kali dari Matahari dan 10.000 kali lebih terang dari bintang sok panas itu!"

"Ya, ya, kau bisa jelaskan itu pada manusia berbaju putih-putih yang hobi traveling keluar angkasa. Hingga tak memanggilmu bintang raksasa sekarat yang sebentar lagi akan meledak. BOOM!!“ Rigel menirukan suara ledakan supernova berjuta tahun lalu. Lengkap dengan ilustrasi kedua tangan yang berpisah lalu jatuh ke tanah seperti puing-puing. Lalu menutup mulutnya dengan tangan. Menahan tawa.

"Awas kau!!" Antares mengayunkan tinjunya.
"Manusia tak sepatutnya meramalkan sesuatu di luar kemampuan. Rasa keingintahuan mereka sering membuatku mual! Menurutku mereka juga tak benar-benar sampai ke Bulan!" mukanya semerah tomat sekarang.

"Kata manusia beruban itu.. Errgg.. Siapa namanya.. Ya! Einstein! Imagination is more important than knowledge!" mengerlingkan satu mata ke arah sahabat kecilnya. Menggoda.

"Ahh! Hipotesa kuno!“ tandas Antares. Berlalu menaiki tangga.

"Heii!! Jangan lupa 37 derajat di atas Horison Selatan!! Singgasana Canopus! Bergurulah bagaimana cara menjadi artis instan! Hahaa.." teriak Rigel di antara tawa tergelak-gelak sambil memegangi perut.

*Violeta
Jeddah, KSA. 20 Agustus 2016. 1.42 am.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...