Minggu, 07 Oktober 2018

Merawat Pikiran di Spanyol

Islamophobia menghantui ketika rencana ke Eropa benar-benar terlaksana. Apalagi bom yang meledak di Manchester Mei lalu. Tahulah ya, tudingan mengarah ke mana. Plus perseteruan Saudi dengan Qatar memanas. Agak ngeri sebenarnya.

Hingga tawaran: kamu lepas jilbab ga di Eropa nanti? Yakin lolos imigrasi?

Deg. Sampai sebegitunyakah?


Video perempuan keturunan Timur Tengah dipaksa melepas jilbab di bandara Paris sempat viral. Ada pula yang saat di pantai disamperin polisi. Diminta lepas burkininya di muka umum.

Tapi ternyata, semua hanya permainan media untuk menjatuhkan Islam.

Saat di Paris, saya berjalan sendirian dari Arc de Triomphe ke Eiffel, bolak balik. Jalan kaki. Dengan hijab. Memang, mereka akan menoleh, memandang sesaat, atau tersenyum hangat.

Karena sendirian, memang sulit memotret diri sendiri, tanpa tripod. Biasanya saya letakkan hp di atas tas. Eh, tapi ternyata, beberapa kali disamperin orang, "mau difoto?" atau, mereka yang minta tolong difotoin. Artinya? Mereka percaya lho kita bukan orang jahat.

Pula saat di Spanyol, ketika jalan sendirian. Eh. Kok sendirian terus? 80% saat jalan-jalan memang lebih suka sendiri. Lebih terasa feelnya.

Apalagi partner saya nenek 1 cucu , kan kasihan kalau jalan kaki berjam-jam begitu. Lagian saya jadi bebas mau ke mana, ngapain dan bertemu siapa saja. Dasarnya solo travel ini sih.

Maka sapa menyapa dengan orang asing menjadi hal biasa. Bersahabat. Saat di pantai Puerto Banus, misalnya, saya bertemu orang Yordania yang sudah pindah kebangsaan Perancis. Kerjanya? Keliling dunia!

Namanya Nizard. Usianya 50 tahun dengan 16 passport yang penuh cap seluruh negara. Modal bahasa inggris dan bakul kaos ini menghabiskan hidupnya di jalan. Dari satu negara ke negara yang lain. Baginya, hidup adalah untuk bahagia dan melakukan apapun yang disuka.

Slogan bilang, kamu adalah apa yang kamu pikirkan. Menghidupi tubuh sama dengan menutrisi otak. Apalagi kita yang tak asing dengan menjaga kesehatan badan. Tapi bagaimana dengan pikiran?

Itu sebab sebelum berjalan, saya men-challenge diri sendiri, berani ga ke pantai sendirian? Ke danau sendirian? Berkenalan dengan 3 orang asing? Naik taxi sendiri? Menari di pantai Eropa? Dengan hijab? Dengan citra Islam yang sedang jatuh di media barat.

And yeah, let's break the rules, sis!



Dunia tidak semenakutkan ambisi global menginfiltrasi TV. Tidak semenyedihkan media sosial memperlakukan berita. Demi rating dan pengalihan isu. Demi politik dan kepenguasaan sebagian pihak. Sebagai perawat, kita bisa banget mendobrak dinding-dinding itu.

Bahkan mengikis penyakit psikis. Bekerja boleh, tapi berbahagia juga perlu. Menentukan kapan membantu orang lain, kapan harus menilik ke dalam diri. Merawat orang lain itu profesi, merawat pikiran sendiri itu spesialisasi.

The secret to a happy life: never stop dreaming, loving, learning, wishing, believing and praying.

Dunia ini bukan hanya stetoskop dan flabot infus. Bukan hanya STR, demo gaji dan nyinyir di media. Bukan hanya debat di whatsapp, membully di Facebook hingga menjatuhkan image negara lain, hanya karena masalah pribadi.

Internet, bukan lagi buku, menjadi jendela dunia, tapi dunia yang sebenarnya ada di luar sana. You have got to go out. See the world from a different angle. Enjoy your life!

*Saya ke Puerto Banus jam 7 pagi, saat matahari terbit. Pantai sepi. Padahal kalau siang, bule dan pakle rame berjemur di hangatnya matahari summer. Ahh, jadi seperti pantai pribadi. Perawat juga butuh liburan, kan?

*Violeta
Marbella, Spanyol. 10.27 pm. Baru masuk maghrib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...