Minggu, 07 Oktober 2018

Dari Arab Saudi, ke Tanah Eropa.

Baru saja ke Hôpital Saint Antoine. Uhh.. Masuk ke Rumah Sakit model kingdom begitu saja sudah lemas kaki. Berasa mimpi. Saya cubit tangan yang kebas karna udara dingin menggigit.

Saat disapa, "bonjour" oleh satpam, tremor bibir. Cuma bisa menggulum senyum.


Apalagi bertemu dokter asli Perancis. Berdiskusi, memberi masukan dan mengobrol hangat. Bergetar badan saat mengatakan, "I am a nurse."

Baiklah, ini pertama kalinya. Setidaknya profesi yang saya ragukan dulu benar-benar membuat tubuh lunglai. Cuma perawat! Iya, HANYA perawat!

Pernah dengar kalimat, "Ah, aku cuma perawat."

"Perawat ya kaya gini. Kalau ga bersihin BAB pasien ya kena omel atasan."

"Udahlah, terima aja jadi perawat. Ga usah muluk-muluk pengen kaya atau keliling dunia."

"Oh, perawat, kok ga pilih dokter aja sih?"

Dan ribuan kalimat skeptis lainnya.

Sering dengar? Atau bahkan kita yang mengeluh begitu?

3 tahun kuliah dan satu setengah tahun bekerja di rumah sakit di Indonesia, kalimat itu berdengung seperti lalat mengerubung makanan. Setiap hari, setiap waktu. Tidak ada habisnya.

Padahal, sadarkah jika setiap kalimat yang terucap adalah doa? Jadi ya pantas hidupnya stagnant. Begitu-begitu aja. Lha wong ucapannya begitu.

7 tahun yang lalu, saya mendatangi konveksi sederhana di Semarang, di rumah kontrakan miliknya. Hanya ada 3 penjahit di situ. Saat sedang memesan jaket BEM kampus, HP-nya berdering.

Bukan lagu pop atau musik klasik yang terdengar. Tapi teriakan lantang suaranya yang direkam, "SETIAP ORANG BERHAK SUKSES! SAYA BERHAK SUKSES! SAYA ADALAH KESUKSESAN! ALLAHU AKBAAARRR!"

Sontak kaget plus merinding. Setelah dia berbicara di telpon, dan memasukkan lagi hp jadul yang mirip remote AC itu ke saku, saya tanya, kenapa ringtone-nya unik sekali.

Katanya sambil senyum mantap, "Saya memasukkan energi positif setiap waktu, Mbak. Agar terpacu bergerak maju. Melakukan sesuatu untuk impian-impian di masa depan."

Jleb. Kok saya ga kepikiran?

Kebanyakan dari kita hanya bermimpi. Ingin ini ingin itu, tapi apa yang dilakukan? NOTHING!

Ingin keluar negeri. Tapi belajar bahasa inggris malasnya bukan main.

Hari lalu ada perawat yang inbox, "kok bisa sih mbak sampai ke Eropa?"

Saat saya bilang harus daftar ke pjtki, ngurus dokumen, ikut test panjang berliku, harus menunggu berbulan-bulan sampai bisa terbang, ujung-ujungnya dia bilang, "ihh, susah banget sih, enakkan di sini, gampang, deket keluarga."

Nah, nah. Kalau gitu siapa yang bisa menyalahkan kenapa cari kerja di Indonesia itu sulit? Ribuan lulusan perawat setiap tahun, tapi kita masih bergelut di cari kerja, demo kenaikan gaji dan kisruhnya pembuatan STR.

SETIAP ORANG BERHAK SUKSES! Entah perawat, analis kesehatan bahkan tukang bangunan. Lho, di Saudi itu, tukang bangunan gajinya 10 juta, rumah di kampung tingkat tiga, Haji umroh sesukanya.

Tapi kalau kitanya tidak mau berproses, mau enaknya saja, tidak mau berubah, kapan berbenah?

Hidup harus bergerak, kawan. Ayolah. Perawat itu HEBAT! Tapi jangan merasa sok hebat dengan lingkungan yang sekarat. Gali potensi yang ada, belajar bahasa, buka pikiran kita.

Walaupun menjadi perawat, kita bisa melakukan banyak hal. Menjelajah tanah-tanah nun jauh. Bertemu wajah beraneka rupa. Mewujudkan mimpi-mimpi yang tertunda. Umroh dan haji? Yakin, ga mau?

Dulu, saya ingin menjadi international tour guide biar bisa keliling dunia. Sampai daftar SNMPTN jurusan Sastra Inggris di UNDIP. Diterima. Tapi Allah lebih meridhoi menjadi perawat.

Saya dibenci banyak orang, dijauhi keluarga. Dipandang sinis guru SMA. 3 tahun kuliah tanpa restu orang tua. Hanya karena lebih memilih diploma daripada sarjana. Sakit hati? Ahh, sudah jadi makanan sehari-hari.

Terinspirasi dari ringtone-nya mas konveksi, di kamar kost di Bandung 4 tahun lalu, saya tulis besar di kertas, tertempel di dinding, "INTERNATIONAL NURSE? YES, I AM!" Saya baca saat bangun dan sebelum tidur, sebelum dan setelah shalat.

Dan siapa sangka, ternyata dari profesi yang katanya 'cuma' perawat ini, satu persatu mimpi jadi nyata? Terbang ke Paris, gratis! Jalur VIP malah, diantar BMW sampai di depan pesawat.

Sekarang, pemilik konveksi itu sudah melebarkan sayap. Pesanannya datang dari berbagai negara, pabriknya semakin luas, karyawannya ratusan. Sukses luar biasa!

"Hidup itu harus besar, hebat, kuat, yang sederhana adalah sikapnya."-anonim

*Violeta
Paris, Perancis, 28 Juni 2017, 1.33 pm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...