Kamis, 18 Oktober 2018

Sisi Lain TKW yang Jarang Diketahui Orang!

Saat di Arab Saudi, saya bertemu dengan ibu paruh baya yang melarikan diri dari rumah majikan. Katanya, gaji tak pernah dibayar dan tak diberi makan berbulan-bulan. Dengan berbekal tas jinjing, beliau bercerita telah menghubungi polisi beberapa hari lalu, tapi tak ada tanggapan. Akhirnya berlindung di salah satu rumah orang indonesia di Jeddah.

Meski UU No 39/2004, Pasal 77 hingga Pasal 84 telah diatur mengenai kewajiban pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap TKW/TKI selama penempatannya di luar negeri, melalui perwakilannya di luar negeri dan perwakilan perusahaan swasta yang melaksanakan penempatan TKW/TKI di luar negeri. Tetap saja menjaga napas berlangsung sampai habis kontrak rasanya sesak. Sayangnya, jumlah pendaftar tiap tahun tergolong tinggi.

Pada tahun 2017, Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia atau disingkat BNP2TKI mencatat ada 261.820 tenaga kerja indonesia tersebar di hampir 26 negara di dunia. Malaysia, Taiwan, Hongkong, Singapore dan Saudi Arabia menjadi negara terbanyak yang ditempati para ekspatriat.

Mengejutkannya, 70% adalah perempuan. Hal ini karena peluang keluar negeri masih sangat terbuka dibanding laki-laki yang hanya dapat mengisi sektor tertentu seperti teknisi dan kontruksi. Sedangkan perempuan mengisi puncak penempatan tenaga kerja tertinggi di sektor domestic worker (tenaga kerja rumah tangga) dengan jumlah 92.158 orang.

Tak ada yang dapat disalahkan. Toh para pejuang devisa ini meninggalkan keluarga dan tanah air dengan berbekal cita-cita luhur. Menyekolahkan anak, membangun rumah, membantu keluarga, dan Asisten Rumah Tangga (ART) lulusan SD yang saya temui di Jeddah mengaku terpaksa menjadi TKW lantaran utang yang ditinggalkan almarhum suami mencapai ratusan juta.

“Kalau kerja di Indonesia, sampai mati, saya nggak bisa bayar utang.”

Masalah ekonomi masih menjadi alasan utama, meski tak jarang banyak pula yang ingin melebarkan sayap untuk menabung berkuliah lagi. Maka langkah apapun ditempuh. Meski harus menjadi ART di negara orang, yang penting anak dapat lulus kuliah, hidup layak dan memiliki tabungan cukup untuk berbisnis saat pulang nanti.

Dear para perempuan yang telah bekerja di luar negeri, maupun yang ingin bekerja keluar negeri, terutama yang berada di area rumah, seperti asisten rumah tangga, perawat homecare dan care giver untuk lansia, tak perlu risau dengan berita penyiksaan, pelecehan seksual hingga pembunuhan. Sebenarnya, banyak dari mereka yang berprestasi dan sukses tapi tak diliput media.

Tempo Media Group, bulan Mei 2017 lalu memberikan penghargaan pada 8 TKI dan TKW yang berhasil memperbaiki nasib dan mengubah lingkungan, diberikan langsung oleh Kemnaker. Diantaranya, Dwi Tantri yang bekerja sebagai perawat lansia di Taiwan yang juga aktif memberikan advokasi pada TKI bermasalah di Taiwan.

Siti Mariam Ghozali, mantan TKW di Hong Kong dan Taiwan asal Wonosobo, Jawa Tengah. Saat menjadi TKW, aktif mengikuti kursus bahasa Inggris dan Mandarin. Juga rajin menulis cerita pendek. Sekarang, selain menerbitkan banyak novel, di kampungnya ia mendirikan perpustakaan Istana Rumbia, yang dibuka secara gratis. Siti juga menjadi pengusaha makanan tiwul instan secara online. Pasarnya hingga luar negeri. 

Benar, menjadi pekerja luar negeri itu tidak mudah, tapi dari mereka, kita bisa belajar bahwa tak ada yang tak mungkin. Meski perempuan, TKW bukan hanya sapi perah negara untuk kepentingan penguatan devisa. Mereka telah menggoreskan sejarah, perekonomian keluarga yang sulit tak akan menghentikan langkah untuk berkarya dan meraih cita-cita.

Sisi kelam pasti ada, tantangan selalu di depan mata, berita miring di media dan buruknya citra tenaga kerja wanita di luar negeri terkadang membuat luruh jiwa. Tapi tenang saja, asal tak berhenti berdoa, memastikan dokumen lengkap dan berada di jalur legal, memahami hukum dan aturan negara tempat mengadu nasib, berhati-hati dalam bertindak dan bekerja, serta melapor segera jika terjadi hal-hal yang tak sesuai kontrak kerja. Kelak, tak hanya pulang membawa tabungan dan memuliakan keluarga, tapi juga kebanggaan untuk bangsa dan negara.

Seperti Ima Matul Maisaroh, mantan ART asal Malang yang sejak Desember 2015 lalu diangkat menjadi Anggota Dewan Penasihat Gedung Putih alias penasihat Presiden Barack Obama. Namanya kian berkibar setelah berpidato di depan puluhan ribu delegasi Konvensi Nasional Partai Demokrat di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat AS, 26 Juli 2016.


Penulis : Marintha Violeta, mantan TKW Arab Saudi sebagai perawat homecare. Sekarang berada di Jepang, menikmati buku dan salju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

One Day One Post

Saya tak pernah benar-benar mengerti. Sebuah perkumpulan manusia dengan satu misi. Lucu jika kemudian ada yang bertahan dan tereliminasi. Bu...